Potensi Wisata Budaya Bandung

Kabupaten Bandung kaya potensi wisata budaya, yang bisa dikembangkan hingga dapat menarik pelancong mengunjunginya.Beberapa obyek wisata budaya tersebut sudah dikenal banyak orang, namun sebagian masih belum tersebar informasi keberadaannya. Objek wisata budaya tersebut antara lain:
:
-Rumah adat cikondang
Menurut kuncen Kampung Cikondang, konon mulanya di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang dinamakan Kondang. Oleh karena itu selanjutnya tempat ini dinamakan Cikondang atau kampung Cikondang. Nama itu perpaduan antara sumber air dan pohon Kondang; "ci' berasal dari kependekan kata "cai' artinya air (sumber air), sedangkan "kondang' adalah nama pohon tadi. Masih menurut penuturan kuncen, untuk menyatakan kapan dan siapa yang mendirikan kampung Cikondang sangat sulit untuk dipastikan.

-Kampung Mahmud
Kampung Mahmud mempunyai jumlah penduduk sekitar 200 kepala keluarga yang menempati daerah seluas 4 hektar, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Pendiri Kampung Mahmud adalah Embah Eyang Abdul Manaf keturunan dari Syarif Hidayatuliah seorang wali yang berasal dari Cirebon.

-Candi Bojongmenja
Candi Bojongmenje berada dalam kawasan Kampung Bojongmenje RT.03 Rw.02, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, dengan keletakan geografis pada garis koordinat 107 48'110" - 06 57'958" dan daerahnya merupakan dataran tinggi 698 m di atas permukaan laut. Candi itu tepat berada di bawah tanah pemakaman umum masyarakat Desa Cangkuang dengan luas 843 m , dikelilingi oleh tembok pabrik tekstil, lahan kebun penduduk dan dekat dengan aliran Sungai Cimande yang berjarak 75 m dari situs. Candi Bojongmenje terletak sebelah tenggara 24 km dari pusat Kota Bandung, di sisi selatan jalan raya Rancaekek yang menghubungkan Kota Bandung dengan Tasikmalaya-Garut-Ciamis.

-Sindang Reret Cikole Lembang
Lokasi di kaki gunung Tangkuban Perahu, suasana dikelilingi pegunungan yang asri.

-Badawang
Seni badawang adalah suatu jenis kesenian yang berhubungan dengan kepercayaan agama asli Indonesia yang didalamnya terdapat lambang seni yang bersifat mistis. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk dan gambaran dari badawang yang merupakan gambaran tradisi totemistik masyarakat agama asli Indonesia walaupun dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam bentuk yang lebih lucu.

-Topeng Benjang
Benjang adalah jenis kesenian tradisional Tatar Sunda yang mempertontonkan ibingan (tarian) yang mirip dengan gerak pencak silat. Selain itu juga dipertunjukkan gerak-gerak perkelahian yang mirip gulat.

-Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

-Jaipongan
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu.

-Terbang Buhun
Terbang Buhun merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang sebagian besar tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa sebutan seperti Terbang Gede, Terbang Gebes, dan Terbang Ageung. Pada masa lalu, seni terbang digunakan sebagai media dakwah Islam, melalui puji-pujian yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung.

-Reog Sunda
Reog Sunda merupakan perpaduan antara musik, tari dan kritik sosial tanpa ada unsur magis. Kesenian reog menggunakan dogdog (gendang) yang ditabuh, diiringi oleh gerak tari yang lucu dan lawak oleh para pemainnya.

-Angklung Buncis
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan.

-Upacara Wuku Tahun
Wuku Tahun dilaksanakan setiap tanggal 1-14 Muharam (tahun baru Islam).
Wuku Taun berasal dari kata buku yang bermakna membuka lembaran tahun baru (Islam) dan menutup tahun lalu. Tujuan upacara ini adalah untuk memohon perlindungan dari Allah Swt dan leluhur kampung, tolak bala, serta memohon keselamatan dan melestarikan tradisi gotong royong.

-Jibrut
Jibrut merupakan kesenian yang bersifat menyegarkan, yang kerap ditampilkan di alun-alun atau pada Arak-arakan Budak Sunat.

-Kumbang
Kumbang, atau Suling Kumbang, terbuat dari Awi Tamiang yang berlubang dua buah. Ujung yang tidak bersuwer (bersumber) diruncingkan mirip dengan ujung pisau belati.

-Ngaleunggeuh
Ngaleunggeuh dapat disaksikan pada persiapan sebelum acara-acara dilaksanakan, seperti Khitanan, Pernikahan, atau Tingkeban. Dalam Ngaleunggeuh terdapat seni Tutunggulan atau Ngarempug Nutu (menumbuk padi bersama). Perbedaannya, pada seni Tutunggulan, padi hanya merupakan Tamba Kadengda (hanya syarat saja), sedangkan pada seni Ngaleunggeuh, padi yang dipergunakan pada upacara Tutunggulan, berasnya sebagai bekal untuk selamatan tersebut.

-Bangkong Reang
Bangkong Reang merupakan istilah bagi bunyi kodok yang biasanya terdengar serempak ketika musim hujan di pesawahan atau di lapangan yang tergenang air. Bangkong Reang merupakan saiah satu jenis musik tradisional Tatar Sunda, di Kabupaten Bandung.

-Calung Rentang
Calung Renteng atau Calung Runtuy merupakan deretan buluh-buluh bambu yang di tata serta panjangnya berurutan sesuai nadanya. Deretan buluh-buluhnya di ikat yang merupakan untaian yang selanjutnya di rentangkan pada dua batang bambu yang melengkung.

-Mubadah
Mubadah berasal dari kata Musik Bambu Qasidah, yang terdapat di daerah Banten dan sekitarnya. Namun dalam perkembangannya merebak sampai ke Kabupaten Pandeglang dan Bandung.

-Ringkung
Kesenian Ringkung terdapat di Kadu Ketug, Kab. Serang dan Ujung Berung Kabupaten Bandung, mirip dengan Mubadah yaitu musik bambu Qasidah, karena diantara alat tabuhnya ada alat tabuh yang biasa dipergunakan dalam pertunjukkan Qasidah, Tagoni atau Gambusan.

-Salentrong
Salentrong yang terdapat di Kabupaten Bandung adalah seperti Awi Gamelan yang terkandung di Kabupaten Sumedang, Angklung Calung atau berlokasi di daerah tertentu di Tatar Sunda. Salentrong adalah musik tradisional yang menggunakan bahan seperti bambu Temen Awi, Awi Awi Wulung dan Tali. Dia menggunakan laras Salendro.

-Benjang
Benjang, merupakan pertunjukan yang mirip dengan gerak Pencak Silat. Pada lagu Rincik Manik dan Ela-ela timbullah gerak yang di sebut Do gong, yaitu permainan saling mendorong, dua lawan mempergunakan halu (antan) dalam sebuah Iingkaran atau arena, yang terseret keluar di nyatakan kalah.

-Pencak Cikalong
Pencak Cikalong merupakan hasil karya R.H. Ibrahim, turunan ke-9 Dalem Cikundul, Majalaya Kecamatan Cikalong Kulon. R.H. Ibrahim lahir pada tahun 1816, keahlian Pencak Silatnya didapatkan dari leluhumya. Gerak Pencak Cikalong ini, memiliki banyak gerak tangan di atas dengan sikap tertutup, hal ini memiliki kelebihan sukar untuk di jamah tangan lawan. Selain itu pukulan dan bantingan sangat di pentingkan dalam Pencak aliran Cikalong.

-Kecapi Biola
Kacapi Biola adalah salah satu jenis seni musik yang terdapat di Kabupaten Bandung. Waditra yang dipergunakannya yaitu Kacapi Sitter dan Biola. Tangga nada yang di pergunakan selain pentatonis (Pelog, Salendro dan Sorog) ada juga tangga nada yang berskala Diatonis, seperti Iayaknya pada Kecapi Modem atau Jenaka Sunda. Pada pertunjukkannya selain menyajikan lagu-lagu ada juga lawakan, bahkan pada percakapan serta lirik lagunya terdapat Sisindiran yang mengambil dari cerita sehari-hari dan tingkah laku manusia di masyarakat. Perbedaan antara Kacapi Modem Jenaka Sunda yaitu, pemain Kacapi Biola memperagakan keterampilannya menggesek Biola dengan improvisasinya yang tidak tradisional.

-Kecapi Kohkol
Kacapi Kohkol merupakan perpaduan antara Pirigan Kecapi Sitter, Kohkol Bambu, atau Kohkol Kayu. Pemain Kecapi dapat memperagakan permainannya seperti memegang Gitar, sambil berdiri atau bahkan sambil telentang, berjongkok atau nungging. Begitu pula dengan pemain Kohkol, bermain sambil berdiri, bergerak seolah-olah sedang menari sambil tak henti-hentinya bernyanyi.(***)
Share this article :

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PROFIL DESA KABUPATEN BANDUNG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger